Kamis, 25 Juni 2009

UNAS SMA/SMK 2009 di Kediri

Berita Investigasi

Ø Hasil UNAS SMA/SMK 2009 di Kediri mengecewakan kah?

Hasil UNAS Di Kota Kediri

Sekolah

Peserta

Lulus

Tidak lulus

SMA IPA

1.606

1.576 (98,13%)

30 (1,86%)

SMA IPS

2.010

1.853 (92,18%)

157 (7,81%)

SMK

3.896

3.841 (98,58%)

55 (1,41%)

Hasil ujian nasional (unas) SMK di Kota Kediri tidak separah SMA. Angka ketidaklulusannya lebih kecil, yakni 1,41 persen. Jumlahnya pun tak mencapai ratusan siswa, jumlah siswa SMK yang tidak lulus unas tahun ini hanya 55 orang dari 3.896 peserta.

Sebanyak 35 siswa di antaranya karena tidak memenuhi standar minimal kelulusan unas, yaitu rata-rata 5,5. Sedangkan 20 siswa yang lain karena tidak mengikuti unas tanpa keterangan. Dibandingkan 2008 tidak terpaut jauh. Tahun lalu juga di kisaran 50-an.

Dua siswa SMK Farmasi Bakti Wiyata berhasil masuk sepuluh besar peraih NUN SMK terbaik se-­Jawa Timur. Keduanya adalah Eka Patmalasari dengan NUN 38,03 di posisi keempat dan Deni Yuda dengan NUN 37.98 di peringkat ketujuh

Seperti diberitakan, hasilnya jeblok dibanding tahun !alu. Hanya, setelah direkap, ternyata persen­tasenya lebih kecil daripada perkiraan .Untuk SMA juga tidak ada yang tidak lulus seratus persen. Meski demikian, sekolah tetap harus berbe­nah diri. Demikian pula dengan siswa yang akan naik ke kelas XII (kelas tiga.Sehingg, hasil jeblok tersebut tidak terulang.

Hasil UNAS Di Kabupaten Kediri

Sekolah

Peserta

Lulus

Tidak lulus

SMA Bahasa

143

136 (95,10%)

7 (4,89%)

SMA IPA

1.401

1.298 (92,64%)

103(7,35%)

SMA IPS

2.123

1.897 (89,35%)

226 (10,64%)

SMK

1.548

1.500 (96,89%)

48 (3,10%)

Bagi yang tidak lulus hanya memili­ki dua pilihan. Yaitu, mengulang tahun depan atau mengikuti ujian kelompok belajar (kejar) paket C. Sayang, Faqih enggan membeberkan angka riilnya. Alasannya, belum mendapatkan laporan. Dia hanya mendapat data berupa persentase. .

Penyebab jatuhnya hasil unas siswa MA tahun ini banyak faktor yang menye­babkan. Antara lain karena stan­dar kelulusan unas naik, tingkat kesulitan soal terlalu tinggi, dan sekolah maupun siswa tidak maksimal dalam menyiapkan diri..

Naiknya stan­dar nilai kelulusan ikut berpe­ngaruh dalarn perolehan nilai unas tersebut. Apalagi, jika dilihatdari kurikulumnya, beban siswa MA lebih berat daripada SMA. Jumlah mata pelajaran mereka lebih banyak.

Sementara itu, sebanyak 21 di antara 26 SMK di Kabupaten Kediri bisa meluluskan semua siswanya.

Dari total 1.548 peserta, lianya 48 siswa atau 3,10 person yang tidak lulus. Sedangkan 1.500 siswa yang lain lulus. Ini lebih baik daripada hash unas SMA di mana tidak ada satu pun yang bisa meluluskan seratus person siswanya. Persen­tase ketidaklulusannya mencapai 9,16 person atau 336 siswa dari 3.667 peserta. Adapun yang lulus 3.331 siswa atau 90,83 person.

Faktor penyebabnya beragam. Di antaranya, ada beberapa pela­jaran unas yang belum dikuasai maksimal aleh siswa. Kemam­puan guru dalam menelaah Stan­dar Kompetensi Lulusan (SKL) juga masih perlu ditingkatkan

Ø Curahan hati siswa yang lulus dan gagal UNAS.

Tangis dan tawa mengiringi hasil UNAS jenjang SMA atau SMK tahun ini. Pasalnya banyak sekali siswa yang gagal dala UNAS tahun ini. Berdasarkan pengamatan saya, banyak ekspresi yang dimunculkan dari kalangan siswa yang lulus ujian. Selain uforia tawa dan tangis kebahagiaan setelah melihat secarik kertas berbungkus amplop yang menyatakan dirinya lulus, ada sebagian siswa yang masih saja berkonvoi memadati jalan. Namun lain halnya dengan wandi Bagus Setiawan, 18 tahun, salah satu siswa SMAN 4 Kediri yang justru tidak begitu heboh seperti teman-temannya yang lain. Tidak hanya lulus, nilai UNAS-nya pun juga maksimal, yaitu 55,35. siswa jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) itu mereyakan keberhasilan dengan sujud syukur. Sungguh mulia.

Berbeda halnya dengan siswa yang gagal UNAS, tangis sebagai bentuk ekspresi kekecewaan, kesedihan yang mendalam akibat sia-sianya belajar selama 3 tahun dengan diakhiri hasil yang menyesakkan dada. Tidak hanya itu, bahkan ada sebagian siswa yang berteriak histeris setelah mengetahui dirinya tidak lulus. Jatuh pingsan tak menyangka gagal dalam UNAS. Parahnya ada yang sampai nekat gantung diri mengakhiri hidupnya karena tak mampu menerima kenyataan sehingga berani mengambil jalan pintas yang dilaknat oleh Tuhan. Beban malu terhadap teman dan orang-orang sekitar serta merasa takut terhadap orang tua yan memicu si anak berani bertindak nekat bunuh diri.

Ø Guru yang bijaksana seperti apa Yach..?

Rabu 17 Juni 2009, saya sedang melakukan wawancara dengan salah seorang guru SMAN 4 Kediri walau sempat tertunda dikarenakan ada hal yang mendadak dan urgen namun pada akhirnya saya berhasil mengajak wawancara Heru Sujatmiko guru Fisika sekaligus wali kelas XI-IPA 4. Heru berkomentar hasil UNAS jenjang SMA tahun ini relatif jeblok. Banyak siswa yang gagal menembus standarisasi kelulusan dengan rata-rata 5,50. Masalah ini tidak murni kesalahan siswanya saja, namun partisipasi orang tua dalam memonitor anaknya untuk lebih giat belajar dalam menghadapi ujian. Kerjasama antara pihak sekolah dan orang tua sebenarnya harus bisa terjalin demi keberhasilan siswa dalam UNAS. Masih menurut Heru, peran serta dewan guru dalam keberhasilan atau gagalnya anak didiknya dalam menghadapi UNAS menjadi taggungjawab pihak sekolah, salah satunya adalah pihak guru. Kualitas ilmu dan metode pembelajaran harus ditingkatkan demi meningkatkan mutu pendidikan.

Heru menyayangkan dua siswa dari sekolahnya (SMAN 4 Kediri) gagal UNAS tahun ini. Satu siswa dari jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dan satu siswa dari jurusan IPA. Meski sisa IPA tersebut bukan dari kelas yang ia asuh, namun Heru merasakan kecewa dan juga merasa kurang berhasil mengantarkan anak didiknya sukses dalam UNAS tahun ini. Hal ini memang sudah takdir dari Tuhan, kita harus bisa menerima dengan lapang dan menjadikan cambukan bagi dewan guru untuk lebih meningkatkan mutu pembelajaran agar seluruh siswa SMAN 4 Kediri lulus UNAS tahun depan. Dan angka ketidaklulusan di kota Kediri pada umumnya bisa menurun, harapan Heru.

Ini nich... Bapak Heru Sujatmiko walau tampangnya agak serem tapi beliau guru yang bijaksana lo... kalau sebelahnya cocok nggak jadi guru???? Nggak kali ?????




Nach kalau yang ini Bapak Marzuki dari MAN 3 Kediri, guru favorit tahun 2008 versi Radar Kediri. Selamat ya Pak.....!!

Photobucket


Ø Corat-coret Seragam Penting Nggak Sich....??

Kebiasaan buruk setiap waktu pengumuman kelulusan masih juga terjadi tahun ini. Puluhan pelajar tetap melakukan pawai dengan mo­tor Mereka juga masih melakukan corat-coret di seragam yang dikenakan.

Ironisnya, hal itu dilakukan justru sebelum waktu pengumuman kelulu­san terjadi. Sekitar pukul 09.00, konsentrasi pelajar mulai terlihat di Bundaran Sekartaji. Di tempat ini aksi corat-coret sudah terjadi. Tak hanya siswa cowok, yang cewek pun demikian.

Nach .... kalau corat coret yang ini nich... baru boleh.....!!!!!kreatif kan??? Bukan kereatif lo.............

Pengumuman lulusan di Kabupaten Kediri kemarin relatif berjalan aman. Tidak tampak konvoi dan aksi corat-coret yang dilakukan pela­jar. Meskipun polisi berjaga di sejumlah titik tetapi lalu lintas bebas dari konvoi pelajar.

Salah satu penyebabnya adalah mekanisme pengumuman kelu­lusan yang tidak dilakukan se­rempak. Ada sekolah yang me­ngumumkan pagi hari tapi ada juga yang menunda hingga hari ini.

Teknik pengumuman juga bermacam-macam. Ada yang masih dilakukan di sekolah. Tetapi banyak sekolah yang mengu­mumkan kelulusan di rumah ma­sing-rnasing guru.

Wah yang ini nich...corat coret yang bikin gemes.............???

1. Suka Duka dalam Hunting Berita

Pengalaman yang tak terlupakan karena baru kali ini saya benar-benar sebagai seorang wartawan. Walau dulu sebenarnya juga pernah mendapat tugas menjadi wartawan pada mata kuliah Jurnalisme Kontemporer, tapi tidak semelelahkan pada tugas kali ini. Yaitu membuat berita investigatif. Adapun tugas ini digunakan sebagai ujian akhir semester (UAS) mata kuliah Jurnalisme Kontemporer. Pengalaman yang melelahkan, yang membuat perasaan jadi campur aduk. Walau melelahkan, namun tak terlupakan.

Pada saat proses wawancara dengan narasumber hal yang membuat kita dituntut memiliki jiwa penyabar di sini memang benar-benar diuji kesabaran seperti yang saya alami ketika saya sudah membuat janji dengan narasumber namun tanpa konfirmasi narasumber membatalkan, padahal saya sudah menunggu cukup lama mengorbankan tenaga waktu tapi pulang dengan tangan hampa tanpa membawa data. Saya mencoba menghubungi lagi narasumber tersebut, ternyata Beliau memiliki kepentingan yang sangat urgent, yaitu rapat mengenai kelulusan UNAS. Akhirnya saya membuat jadwal baru untuk berwawancara, akhirnya Rabu, 17 Juni 2009 pukul 13.00 WIB berhasil menemui Beliau dan sempat berwawancara. Bapak Heru Sujatmiko, seorang guru SMAN 4 Kediri. Yah, ternyata tidak semisterius orangnya, ketika wawancara ternyata juga enjoy. Selesai wawancara, ga nyangka ditraktir makan bakso di kantin. Uuiiii…seneng banget nih! Itulah sukanya dalam proses wawancara.

Hal yang lucu dan menggelitik ketika wawancara saya dengan salah seorang siswa yang lulus Ujian Nasional. Siswa tersebut bernama Wandi Bagus Setiawan, juga merupakan siswa SMAN 4 Kediri. Selesai wawancara saya kan diharuskan mengambil foto dengan narasumber, saya belum minta foto, eee… salah seorang siswa jurusan IPA itu minta foto duluan, “Mbak minta fotonya Mbak, Mbak Amel kan caem (cantik imut)! Ungkap Bagus. Yahh… anak sekarang!! Ya udah akhirnya kita foto.


Peace Man....!!cakep juga nich si Bronis, bukan kue lo tapi

Si Brondong Manis,he…..

Namun hal yang berlawanan terjadi ketika saya mewawancarai siswa yang tak lulus. Sebut saja Bunga, karena dia tak mau disebutkan inisialnya. Saya sulit sekali menggali data dari siswa tersebut. Karena selain masih shock akibat tidak lulus karena mungkin dia juga merasa malu dan belum bisa menerima keadaannya. Sehingga saya tidak bisa berwawancara secara lancar. Hal yang juga sedikit sakiiiittt dikira satpam saya sales kecantikan. Saya bilang seorang mahasiswa yang ditugaskan menjadi wartawan, eee… satpam bilang “Wartawan kok gini, perasaan Mbaknya seperti Mbak Gita KDI itu loh! Sama-sama tembemnya.” Yaahh.. ga satpam ga siswanya semua usil. Tapi it’s OK lah! Asiklah pokoknya.

2. Opini terkait RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional)

Di kota Kediri ada beberapa sekolah yang menjadi Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional di antaranya SMAN 1 Kediri dan SMAN 2 Kediri, sedangkan untuk jenjang SMP yaitu SMPN 1 Kediri, SMPN 4 Kediri dan MTsN 2 Kediri. Dalam menanggapi RSBI sebenarnya hal ini bagus, di mana upaya pemerintah untuk memperbaiki mutu pendidikan. Namun saya kurang sependapat dan kurang setuju jika RSBI ini mengharuskan siswanya untuk banyak iuran jutaan rupiah. Untuk bayar ini bayar itu. Sehingga orang tua tentu sangat keberatan. Berdasarkan informasi yang berkembang minimal sumbangan siswa RSBI sebesar 4,5 juta rupiah. Kalau memang ingin mendirikan sekolah RSBI ya harus siap semuanya dong, mulai dari sarana dan prasarana (SDA) dan yang paling penting adalah SDM-nya, yaitu pengajarnya. Sudahkah memenuhi kualifikasi untuk bisa mengajar pure in English. Jangan hanya mempermasalahkan masalah dana, iuran iuran iuran!!!!!!!! Padahal yang seharusnya disiapkan adalah lagi-lagi pengajarnya. Jangan hanya mikir image kalau tidak RSBI merasa ketinggalan dan sekolah yang ga bermutu. Dan kalau sudah RSBI merasa bangga. Hal lain mengenai ketidaksetujuan saya dengan RSBI banyak anak-anak yang pandai berprestasi tapi lemah dalam hal ekonomi. Bagaimana jika ingin mengembangkan wawasan dan kelilmuannya tapi harus bayar ekstra mahal. Ini juga menjadi kendala dan masalah. Katanya dengan mendirikan RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional) untuk meningkatkan mutu pendidikan, tapi kalau ada permasalahan seperti yang di atas, anak pandai tapi tidak mampu, justri menghambat mutu pendidikan dong.

Hal yang sangat baik sebenarnya kota Kediri kota yang kecil namun sudah memiliki main set untuk maju dalam pendidikan seperti Amerika, Eropa salah satunya dengan mendirikan RSBI tersebut. Tapi masalahnya lagi-lagi apa kita sudah benar-benar siap dan mampu dalam berbagai aspek mendirikan RSBI. Hal lain yang merupakan alasan saya kurang setuju dengan RSBI yang terkesan terburu-buru dan memaksakan untuk segera membuka kelas RSBI. Apakah ada jaminan siswa siswi yang menimba ilmu di RSBI benar-benar memiliki mutu pendidikan yang lebih baik dibandingkan para siswa yang sekolah di kelas biasa dan di sekolah yang tidak RSBI? Adakah jaminan?

Nach yang cantik kaya gini, jaminan nggak nih masuk RSBI????

Adanya beragam sekolah seperti RSBI dengan sekolah-sekolah pada umumnya tentu saja memiliki dalam hal KBM (Kegiatan Belajar Mengajar), sarana prasarana (dewan guru). Tentulah kelas RSBI lebih unggul, canggih dalam segala aspek dibandingkan dengan sekolah lain. Tapi, nilai standarisasi dalam UNAS dan soal-soal yang diberikan dalam UNAS bobotnya sama seluruh Indonesia. Lalu apa bedanya RSBI dengan sekolah biasa kalau UNAS-nya sama? Lalu kalau sama ga ada bedanya donk RSBI dengan sekolah-sekolah biasa pada umumnya.Menurut saya di manapun kita menuntut ilmu sama saja. Tergantung pada pribadinya masing-masing. Di sekolah biasa pun kalau kita sungguh-sungguh, sama saja dengan sekolah RSBI tersebut, karena realitasnya kurikulum yang ada di Indonesia ini mulai jenjang SD, SMP sampai SMA.

3. Pentingkah belajar jurnalistik di era informasi seperti sekarang ini.

Di era seperti sekarang ini bisa dibilang sebagai abad informasi. Saya kita tetap perlu mempelajari jurnalistik walau sekarang sudah marak sekali media online. Karena pada dasarnya jurnalistik adalah ilmu pokok dan dasar untuk mempelajari sebuah media. Tanpa kita mengetahui ilmu jurnalistik kita tidak akan bisa menorehkan sebuah informasi mengungkapkan karena dalam jurnalistik banyak sekali ilmu yang terkandung seperti kode etik jurnalistik dan sebagainya. Saya rasa, jurnalistik mempunyai kelebihan dibandingkan dengan media lain, jurnalistik memiliki sifat yang dapat didokumenkan. Jadi kalau kita ingin membaca suatu berita yang lalu atau mungkin kita sedikit belum paham mengenai sebuah informasi atau berita kita bisa membacanya kembali. Lain halnya seperti TV, radio yang sifatnya hanya sekilas. Jadi intinya saat ini kita masih perlu belajar jurnalistik.

My web (http://amel-dahlia-kediri.blogspot.com/)

Alhamdulillah ..... Finish…..biar Pak Sholi nggak lupa sama mahasiswi KI yang sering telat, Amel kasih foto yang gedhe, segedhe orangnya, he……..??????

Tidak ada komentar:

Posting Komentar